Lanjut ke konten

Prajab Srondol Bersamamu

selamat datang Peserta Prajab

telah Lama aku rindukan kamu

bertahun bertahun bercerai mata

kini kita telah berjumpa pula

dengarlah suara gegap gempita

mengiringi derap langkah para peserta

tinggalkan rindu pada anakmu

selamat datang di diklat Srondol (Mars Prajab)

 

Itulah lagu wajib prajab yang selalu kita nyanyikan setiap hari jetika mengikuti prajab, sebuah lagu yang sarat makna dan membuat kita takkan pernah lupa dengan kenangan prajab di diklat srondol. Prajab merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh CPNS sebelum memasuki fase sebagai PNS, kegiatan ini merupakan salah satu syarat utama seseorang bisa diangkat sebagai PNS. Ketika kita mengikuti prajab dan lulus ujian, Alhamdulillah…langsung update status horee jadi PNS 100 %.

Sebagai salah satu peserta prajab di diklat srondol kemarin, saya mendapatkan pengalaman yang luar biasa sebagai bekal kita ketika kembali ke kampung (baca : kantor) halaman masing-masing. Layaknya ospek mahasiswa baru, kita semua disini juga mendapat “pelajaran” yang sama. Mulai dari bangun pagi, olahraga, apel pagi, sarapan, makan siang, materi kelas, diskusi, latihan baris berbaris sampai apel malam. Semuanya full disiplin. Waktu sangat dihargai disini, tidak boleh ada kata terlambat. No Tolerance. Saya pun pernah merasakan terlambat apel pagi, maklum kamar saya diisi oleh 5 orang pemuda harapan bangsa dan pada waktu itu kami berlima bangun kesiangan pukul 04.50 WIB, hahahaha..pengalaman terlambat tersebut membuat kami mendapat hukuman push up di depan para peserta yang lain, mantapppp 🙂

Ikuti Peraturan, Displin dan Terus Belajar…menurut saya itulah 3 kata kunci agar kita lulus prajab. Aturan dan Displin itu menu wajib setiap hari, keduanya bagai dua keping mata uang yang tak terpisahkan. Nahhh kalau terus belajar, ini yang harus dibiasakan. Belajar disini bukan berarti selalu baca buku (baca : autis) tanpa bersosialisasi dengan dunia luar, belajar disini artinya luas yaitu kita harus selalu melakukan perbaikan-perbaikan setiap hari sehingga akan lahir pribadi-pribadi yang lebih baik lagi. Kalau kita salah, evaluasi…Kita ditegur, diberi saran dan kritik, lakukan evaluasi…belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita . Bahasa kerennya “Never Ending Learning”,,, bukankah Agama dan Rasul kita Muhammad SAW juga menyuruh begitu ???

Dalam kegiatan Prajab ini, kami mendapatkan silaturahmi yang penuh makna dengan penyelenggara, peserta, binsuh (pembina pengasuh), widyaswara dan orang-orang di sekitar lingkungan diklat. Mereka adalah teman, sahabat dan pembimbing kita selama disana. Panitia penyelenggara (Mas Atha dkk) dan peserta tentu kita temui setiap hari, selain mereka ada pula Binsuh. Pembina Pengasuh kita adalah Instruktur dari Akademi Kepolisian (Akpol), mereka dengan penuh kesabaran dan kedisiplinan menggembleng kita agar menjadi pribadi yang tangguh (strong), bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi. Maturnuwun Pak Yunus, Pak Broto, pak Supriyana, dan Pak Slamet atas semangat dan ilmu yang diberikan 🙂

Selain Binsuh, kami juga dibimbing oleh Widyaiswara..saya pribadi lebih suka menyebut mereka guru/dosen, karena mereka yang memberikan materi pembelajaran setiap hari (mulai dari Dinamika kelompok s/d Mindset PNS). Widyaiswara adalah PNS-PNS yang mencapai puncak karier, banyak diantara mereka yang menduduki pangkat IV/d – IV/e. Mereka adalah mantan pejabat yang masih mau “belajar” dan memberikan ilmunya kepada kita. Kompetensi dan jam terbang mereka tak usah diragukan lagi, Sungguh suatu pengabdian yang luar biasa dan patut kita contoh. Ayo siapa yang mau jadi widyaiswara, mengikuti jejak Pak Suparmo Ali, Pak Siswojo, Pak Wiharso, dkk ???

Orang-orang di lingkungan Diklat Srondol juga memberikan pelayanan prima, mulai dari Warung Kopi Pak Mul dan Pak Kece yang selalu jadi tempat “cangkruk’an setiap malam”, Laundry Pak Bagyo, sampai mas-mas yang menyediakan makanan kita setiap hari. Coba kalau mereka tidak ada, bisa kelaparan kita setiap malam dan tidak ada yang ngurusi cucian kita setiap hari ??? hehehehe..

Alhamdulillah pengalaman prajab selama 16 hari disana membawa banyak manfaat dan ilmu baru bagi kita semua. Satu kalimat yang masih saya ingat ketika materi Mindset adalah “tidak ada diklat yang akan mengubah seseorang, yang akan mengubah seseorang adalah DIRINYA SENDIRI”. So, Sahabat terbaik dan Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, namun Diri Kita Sendiri. Buktikan Sobat. Semoga Pembelajaran di Prajab membuat kita menjadi Pribadi yang lebih Baik Lagi, sesuai dengan lembar Komitmen yang ditulis masing-masing. Selamat Berproses dan Berkarya Kawan 🙂

Prajab..Pasti Jaya…Pasti Jaya…Pasti Jaya…HhuuuHhaaa

Prajab..Pasti Jaya…Pasti Jaya…Pasti Jaya…HhuuuHhaaa

Prajab…Prajab…Prajab…Prajab…..Josssssssssssssssss !!!

PBB OKE_Sampai Bertemu lagi di Diklat Pim-4, Insya Allah 🙂

Pratama Puji Widiyanto

S3_Salam Sukses Selalu

Kuliah di Hard University

Seorang sahabat pernah mengajukan pertanyaan : universitas apakah yang terbaik di dunia ? Tentu semua orang sepakat kalau Harvard University diklaim sebagai universitas terbaik di dunia (Sumber: Wikipedia). Tak bisa dipungkiri bahwa universitas yang terletak di Boston, USA yang merupakan salah satu universitas tertua di dunia ini, telah banyak melahirkan orang hebat yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Reputasi alumninya pun diakui berbagai kalangan dan banyak orang berlomba-lomba, termasuk warga negara Indonesia, ingin melanjutkan studi disana. Memang, kuliah di luar negeri jadi sebuah impian bagi kebanyakan orang.

Tapi, pernahkah kita semua berpikir bahwa dimanapun tempat kuliah berada, kita wajib bersyukur karena itu adalah suatu kesempatan besar karena banyak saudara kita yang tidak dapat menggenggam kesempatan berkuliah. Hal ini juga menjadi kebanggaan tersendiri karena rasa bangga ini akan membuat kita termotivasi, melangkah maju ke depan dan selalu mencintai almamater kita. Kampus (baca: universitas) adalah pusat pembelajaran. Pepatah bilang dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung. Seorang kakak angkatan yang saya kagumi pernah berkata bahwa sebenarnya kita kuliah di dua tempat yang berbeda yaitu kampus pendidikan formal yang kita tempuh sekarang dan kuliah di Hard University atau universitas kehidupan. Sebuah universitas yang berisi kesulitan dan tantangan yang mengharuskan kita untuk senantiasa belajar, belajar, dan belajar.

Belajar(study) tidak identik dengan proses belajar-mengajar di kelas saja. Cakupan belajar disini sangat luas. Apalagi di kampus, dengan segala iklim heterogennya dan ideologi yang dipasarkan. Sebelum pembahasan berlanjut, akan lebih mudah kalau kita menggunakan kata pembelajaran (learning) dalam konteks ini. Perlu kita pahami bahwa kampus merupakan salah satu miniatur masyarakat kecil yang cukup heterogen, mulai dari pedagang, karyawan, dosen, birokrasi dan tentunya mahasiswa. Heterogenitas ini mengharuskan kita agar dapat berkomunikasi dengan siapa saja sesuai kapasitas dengan siapa kita akan berhadapan. Dunia kampus juga dapat disebut dunia yang berisi persaingan, karena disinilah berbagai macam ideologi dijual dengan bebas, sesuai dengan pemahaman masing-masing. Ideologi tersebut mengalir seperti air, ingin menunjukkkan eksistensinya. Oleh karena itu, persiapkanlah diri kita masing-masing untuk menghadapi tantangan dan lingkungan yang ada.

Proses pembelajaran seperti disebutkan di atas harus dirancang sedini mungkin. Hal ini perlu digarisbawahi mengingat memilih lingkungan yang tepat dan nyaman di kampus untuk meningkatkan pengembangan diri kita sangat penting. John C. Maxwell, seorang penulis dan motivator hebat dari USA, pernah berkata bahwa kebanyakan orang tidak memimpin hidup mereka – mereka menerima hidup mereka. Mereka menunggu pengalaman terjadi, tak pernah berpikir untuk merencanakan pengalaman yang akan menciptakan kenangan. Oleh karena itu perlu kita susun perencanaan yang matang dari awal, What should we do in university ?. Kita semua harus menjadi seorang yang aktif, kritis, ilmiah dan mempunyai sikap. Apalagi seorang mahasiswa juga digadang-gadang menjadi penerus bangsa dan director of change (direktur / pemimpin perubahan).

Perubahan besar terjadi ketika kita menyandang titel dari siswa menjadi mahasiswa, maha adalah tingkatan tertinggi yang berarti juga bahwa kita semua disini adalah seorang siswa dengan level tertinggi. Sebuah pencapaian hebat yang harus dibuktikan ketika mengemban amanah besar ini. Seorang pemimpin perubahan otomatis mempunyai tanggung jawab, hak dan kewajiban serta peran dan posisi yang berbeda. Kita sudah bukan anak SMU lagi. Harapan besar datang tidak hanya dari orang tua saja, namun masyarakat juga berharap banyak dari sosok mahasiswa. Mahasiswa identik dengan kemampuan serbabisa, kritis dan kaum intelektual / terpelajar (sebutan ini sudah ada sejak zaman Budi Oetomo).

Kaum intelektual adalah kumpulan dari pribadi-pribadi yang aktif. Tentu kita semua masih ingat dengan kurikulum KBK di SMU yang menuntut keaktifan kita. Setali tiga uang dengan KBK, sebuah kampus pati ingin mencetak generasi yang aktif, yang bisa menjadi pelopor perubahan. Oleh karena itu pilihan besar harus diambil dan berorganisasi menjadi sebuah pilihan yang tepat bagi seorang mahasiswa untuk membuktikannya. Hal ini juga diamini oleh Mc Keachi dengan pendapatnya ”most student learning occurs outside the classroom” (proses belajar mahasiswa kebanyakan terjadi di luar ruang kuliah). Ada beberapa manfaat yang didapat dengan berorganisasi, diantaranya :

  1. Menyalurkan potensi diri, potensi kelimuan, minat bakat kita sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi kita.

  2. Pepatah klasik berkata ”pengalaman adalah guru terbaik”. Pengalaman berharga akan banyak kita dapat dalam berorganisasi. Orang yang aktif dalam organisasi cenderung mudah untuk memahami berbagai macam karakter orang, karena ia terus dan selalu berinteraksi. Selain itu dia juga menghadapi banyak masalah (baca: tantangan) yang akan meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

  3. Melatih kemandirian dan kedisiplinan. Dua point itulah yang harus dibina sejak awal. Seorang mahasiswa, yang (mungkin) jauh dari orang tua dituntut mandiri. Selain itu disiplin menjadi menu pokok baik disiplin diri, disipilin waktu, dan disiplin menaati peraturan yang ada.

  4. Belajar kerja sama tim. Dengan berorganisasi kita akan banyak melakukan hal-hal positif sehingga mengurangi aktifitas yang mubadzir. Hal-hal positif yang dilakukan dapat meningkatkan kratifitas dan inovasi kita, karena dalam organisasi banyak deadline dan target yang harus dicapai, dan untuk mencapai keberhasilan itu diperlukan kerja sama yang solid dalam tubuh organisasi tersebut.

  5. Mendapatkan banyak link untuk bekal masa depan. Dengan berorganisasi, kita akan mengenal banyak teman, kakak kelas, dosen baik dari jurusan / fakultas yang sama atau berbeda. Hal inilah yang diperlukan untuk bekal ke depan, sebagai link terutama ketika kita memasuki dunia kerja.

  6. Mampu memprediksi masa depan. Dalam organisasi akan banyak target yang akan dicapai dalam pengembangan organisasi. Dalam setiap program kerja yang dibuat akan dapat dilihat kekurangan dan kelebihannya, strategi yang tepat untuk melaksanakannya, sehingga masa depan organisasi ke depan bisa kita prediksi dengan baik.

Dengan banyaknya benefit yang didapat, tentunya kita jangan sampai menjadi mahasiswa yang pasif atau introvert, bahkan ada istilah mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang). Berangkat pagi untuk mengikutii kuliah, duduk manis mendengari penjelasan dosen, pulang setelah dosen selesai mengajar. Pergi ke perpustakaan itupun kalau sempat dan tidak mengganggu aktivitas lain. Dalam perjalanan saya di kampus, banyak sekali tipe mahasiswa seperti ini. Sedikit sekali diantara mahasiswa yang mau menggunakan waktu sisanya untuk melakukan aktivitas yang bisa menggali dan mengembangkan potensi diri seperti mengikuti kegiatan organisasi baik di dalam maupun di luar kampus. Banyak yang tidak mau keluar dari zona kenyamanannya (comfort zone) untuk menerima tantangan dan kesulitan yang lebih dari sekedar aktivitas kuliah. Kata organisasi menjadi hal yang tabu dan dihindari karena dianggap membuang-buang waktu saja.

Padahal lewat berorganisasi, ada garansi bahwa kita mendapat pelajaran lebih daripada ”cuma” berkuliah saja. Organisasi inilah yang saya sebut sebagai hard university. Hard university adalah universitas kehidupan, universitas pembelajaran. Dalam organisasi, kita belajar bersosialisasi, belajar berkomunikasi, belajar menerima perbedaan pendapat, belajar memotivasi diri dan orang lain, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersahabat dalam menghadapi dan mengatasi masalah. Pelajaran inilah yang tidak kita dapat di bangku kuliah dan di pendidikan fornal, sehingga ketika kita lulus dari hard university kita menjadi pribadi yang kuat dan bijak dalam menghadapi masalah. Banyak contoh orang yang kurang berhasil di pendidikan formal namun bisa berhasil di kehidupan nyata. Thomas Alfa Edison yang hanya sekolah beberapa bulan dapat menemukan lampu pijar dan memperolah hak paten lebih dari 3000 hasil penemuannya. Di Indonesia, ada sosok Andri Wongso yang menjadi motivator hebat. Gelarnya unik Andrie Wongso SDTT, TBS yaitu sekolah dasar tidak tamat tapi bisa sukses. Mereka adalah sosok yang besar karena mau dan mampu menimba ilmu lebih, memaksimalkan waktu dan kesempatan yang ada.

Oleh karena itu jadilah seorang pembelajar sejati di hard university yaitu dengan berorganisasi. Kita harus bersyukur karena kita mempunyai kesempatan yang tidak dimiliki oleh setiap orang untuk mengeyam pendidikan tinggi. Oleh karena itu gunakanlah kesempatan ini sebaik-baiknya dengan aktivitas yang bermanfaat. Jalani setiap aktivitas tidak hanya menjadi rutinitas belaka, berikan nilai tambah pada segala aktivitas yang kita kerjakan. Manfaatkan segala fasilitas yang ada di kampus secara maksimal sebagai sarana mengasah potensi diri. Organisasi adalah pusat pembelajaran kita semua, oleh karena itu organisasi akan menjadi organisasi pembelajar (learning organization) jika individu-individu di dalamnya adalah kumpulan orang-orang yang senantiasa melakukan pembelajaran.

Hidup adalah pilihan, menjadi orang biasa-biasa saja atau orang yang luar biasa itu adalah pilihan kita masing-masing. Hidup Mahasiswa, Hidup Pembelajar Sejati. Selamat Berproses dan Salam Sukses…!!!

Yang Muda, Yang berWirausaha

Perjalanan 1000 langkah selalu dimulai dari langkah pertama, kalo tidak berani melangkah dari sekarang, kapan lagi ? Action saja (Mas Mono)

Tulisan di atas selalu saya ingat terus sepanjang hari, setelah saya mengikuti Seminar Entrepreur University Rabu (21/7) kemarin. Kebetulan yang mengisi acara tersebut adalah Mas Mono, pemilik waralaba Ayam Bakar Mas Mono yang sudah terkenal di Jakarta. Mas Mono berkisah pada awal perjalanannya tahun 2001 yang bekerja sebagai Office Boy (OB) di salah satu perusahaan di Jakarta, karena ingin maju dia membuat surat “memajukan diri” (bukan pengunduran diri) dan berjualan gorengan, setelah itu mencoba peruntungan dengan berjualan nasi uduk pada pagi hari dan ayam goreng kalasan pada siang harinya. Suatu hari, Mas Mono mendapat omset sangat tinggi karena berhasil menghabiskan 80 ekor ayam, namun keesokan harinya usaha tersebut digusur. Berawal dari situlah, Mas Mono berpindah tempat di daerah Tebet, dan membuka cabang. Usaha yang menggurita itu kini mempunyai brand “Ayam Bakar Mas Mono”. Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, nama Mas Mono tentu sudah tidak asing lagi.

 Di Jakarta ada Mas Mono, dari Surabaya ada ada Hendy Setiono, pemilik Waralaba “Kebab Turki Baba Rafi”. Di usianya yang tahun ini baru menginjak 27 tahun, Hendy berhasil mengembangkan usaha yang dirintisnya 4 tahun lalu menjadi sangat fenomenal sekali, tercatat sekitar 600 outlet dan gerai “Baba Rafi” eksis di berbagai penjuru negeri. Setelah Baba Rafi, kini lahir adiknya yaitu Piramizza dan Roti Maryam. Berbagai prestasi baik dari dalam dan luar negeri telah dia dapatkan. Bagi saya, 2 orang Entrepreneur Muda ini adalah Inspirasi Luar Biasa untuk membangun usaha. Ketika ada niat dan konsisten, yang Maha Kuasa pasti memberi jalan. Saya sangat percaya hal ini.

Kalau kita amati, berapa banyak dari sekian ratus juta penduduk Indonesia yang terjun ke dunia usaha? Data yang saya dapat dan sering disebutkan di berbagai forum / seminar, ”hanya” 0,08 % dari 200 juta lebih penduduk Indonesia yang berwirausaha. Sedikit sekali rupanya, di Asia angka tersebut termasuk yang paling rendah. Sangat jauh dari Singapura yang 5 % lebih. Oleh karena itu, Singapura cepat sekali berubah wajahnya dari negara berkembang menjadi negara maju karena syarat suatu negara dapat dikatakan sebagai negara maju apabila ”minimal” 2 % dari penduduknya adalah pengusaha.

Jadi masih ada sekitar 4 juta lowongan kerja menjadi wirausaha, siapa tertarik ? Tidak seperti lowongan kerja yang dipajang di headline media seperti Kompas, Sindo, dan yang lainnya, Lowongan ini tidak mempunyai banyak syarat ? tidak perlu menjadi sarjana terlebih dahulu. Banyak sekali pengusaha sukses Indonesia yang sekolahnya S3 (SD, SMP, SMU). Pak Purdi E.Chandra dan Andrie Wongso contohnya. Hayoo siapa yang tertarik jadi pengusaha angkat tangan ?!?

 Menjadi seorang wirausaha bagi kebanyakan orang merupakan pilihan sulit, itu yang saya lihat. Ketika bertemu teman atau saudara, pertama kali yang ditanyakan adalah ”Sekarang bekerja di mana ?”, mungkin itulah salah satu penyebab kenapa orang berlomba-lomba menjadi seorang pegawai atau karyawan, hal ini juga saya rasakan setelah lulus kuliah. Tidak ada pikiran mau membuka usaha apa, yang ada hanyalah membuat lamaran kerja, kirim sana sini, menunggu panggilan, interview dan bla, bla, bla. Job Fair selalu penuh, antriannya berjubel sekali seperti orang yang antri beras. Itu juga saya alami sendiri setahun kemarin.

Pengalaman selalu memberi hikmah tersendiri, dan setelah menjadi seorang pegawai seperti sekarang ini, saya justru mendapat pencerahan untuk memulai terjun ke dunia usaha. Sayang kalau seumur hidup, kita jadi orang yang gajian, begitu pak Valentino Dinsi pernah bilang. Kalau bisa kita menggaji orang dan membuka lapangan usaha bagi banyak orang / masyarakat sekitar kita. Bukankan pengangguran sudah semakin parah saat ini ? Bekerja dan Berwirausaha, biar seimbang antara otak kiri dan otak kanan. Begitulah motivasi yang ada di benak saya sekarang.

Berwirausaha adalah suatu hal yang mulia, bahkan panutan kita sampai akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang Pengusaha Sukses dan Amanah. Beliau memulai usaha di usia remaja. Kalau Rasul kita saja seorang pengusaha dan saudagar kaya, apakah kita tidak tertarik untuk mengikutinya ?!?

Kalau tidak memulai dari sekarang, kapan lagi ?

Niat Positif dan Action Saja. Yang Muda, yang Berwirausaha. Insya Allah 🙂

Semoga Bermanfaat dan Salam Optimis Selalu !!!

Mengasah Jiwa Entrepreneur

Entrepreneurship itu bukan gawan bayi (bawaan lahir),

tetapi harus diciptakan olah orang itu sendiri.

Pendapat diatas disampaikan oleh Adi Ekopriono (Asisten Direktur Suara Merdeka) pada saat kunjungan company visit di Kantor Percetakan Jalan Kaligawe, Semarang. Tak rugi rasanya saya dapat mengikuti kegiatan yang diadakan AIESEC dan berkolaborasi dengan HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Semarang ini. Walaupun capek dan berangkat sendiri dari Kota Pekalongan, namun ilmu dan relasi saya dapat cukup bermanfaat. Dalam kegiatan yang mengangkat isu tentang entrepreneurship ini, juga didatangkan perwakilan dari mahasiswa Taiwan dan China yang masih mengikuti program exchange di Indonesia. Mereka dengan ramah dan kocak bercerita tentang kewirausahaan di negara masing-masing.

Kembali ke pendapat di atas, boleh setuju atau tidak, namun saya secara pribadi membenarkan pendapat tersebut. Terkadang kita tidak maju karena persepsi negatif lingkungan seperti bakat pengusaha cuma milik golongan atau suku tertentu, pengusaha adalah keturunan orang tua, pengusaha harus punya modal banyak, dan masih banyak lagi. Itu adalah ”vonis diri” yang justru menghalangi kita untuk berkembang. Padahal kunci menjadi pengusaha adalah kemauan mencoba dan bekerja keras dari diri kita sendiri. Mau kita orang Indonesia, Jerman, Jepang, China, semuanya punya jiwa menjadi entrepreneur. ”Jiwa tersebut sebenarnya sudah ada, tinggal kita mau mengembangkannya atau tidak”, lanjut Pak Adi dalam pemaparannya.

Masih dalam rangkaian kegiatan tersebut, seteleh kunjungan ke Suara Merdeka, kami rombongan satu bis melanjutkan perjalanan ke peternakan lele dan durian di daerah Mijen. Sambutan hangat kami dapatkan karena warga desa sangat welcome ketika kami datang. Pemilik peternakan tersebut adalah seorang pengusaha muda yang tergabung dalam HIPMI, usianya baru 24 tahun. Dari perkenalannya kami tahu bahwa beliau pernah tidak lulus kuliah, namun pemikiran dan actionnya mengalahkan seorang sarjana seperti saya. Kata beliau, ”Kalau orang desa yang tidak sekolah seperti kami, melihat lahan kosong yang becek pasti langsung kami garap. Nah kalau sarjana, melihat lahan kosong becek bisa berdiskusi dulu berjam-jam”, wah ternyata benar juga ya. Kelompok Tani di Desa Polaman ini, mempunyai suatu cita-cita untuk menjadikan desa mereka sebagai desa wisata agro, dengan durian sebagai produk unggulannya, Mantapppp. ”Banyak generasi ongkang-ongkang di zaman sekarang, pengennya hidup nyaman, jadi pegawai, mendapat gaji banyak dan pensiunan di hari tua. Namun kontribusi mereka dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat masih kurang. Mereka hanya berbicara rasa nasionalisme dalam bentuk demonstrasi dan diskusi, belum ada tindakan nyata”. Saya yang mendengar penjelasan tersebut jadi kaget dan merasa tersindir. Benar memang, terkadang kita lupa bahwa masih banyak orang yang membutuhkan di sekitar kita, membuka lapangan kerja dan mengangkat hajat hidup orang banyak bukan cuma tanggung jawab pemerintah saja, namun tugas kita bersama.

Setelah menempuh perjalanan setengah jam lebih akhirnya rombongan sampai di kunjungan terakhir, di sebuah cafe yang teletak di Kawasan Elite Rinjani Semarang. Pemilik cafe ini adalah anak muda. Saya tebak usianya tak lebih dari 30 tahun. Jujur saya kagum terhadap mereka yang bisa mengembangkan usaha di usia yang masih relatif muda. Mereka berani mengambil resiko, mengembangkan kreativitas, berinovasi mengembangkan produk, dan senantiasa mencari tantangan-tantangan baru. Salute. Setelah maghrib, saya pun harus menyudahi perjalanan hari ini untuk kembali ke kota asal. Tak lupa, pesan dari seorang peserta kepada saya ”Mas, anda beruntung dalam usia sekarang sudah diterima menjadi pegawai. Namun, jangan lupa teruslah asah jiwa entrepreneurmu dengan membuka usaha sebagai asset masa depan”. Saya pun menganggukkan kepala. Benar-benar pengalaman yang Luar Biasa. Banyak dapat Oleh-Oleh dari Semarang. Salam Sukses!

Passion, Persistensi, Determinasi

Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan tikungan. Ada kalanya kita berada pada parade keberhasilan yang membuat kita mabuk dalam ekstase keriangan. Ada pula saat ketika kita terpeleset, terpelanting dan terpuruk dalam segores duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun itu, hidup harus terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh “menjadi manusia”. Becoming a true person, manusia yang bisa memberi manfaat pada orang lain.

Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, mengambil rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang tataplah screen (layar) laptop atau komputer kita. Lihatlah screen yang ada di depan kita ini sebagai sebuah cermin…..lalu bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari sekarang, potret apa yang tergambar dalam layar di depan kita ini ???

Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur Anda sebagai seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis ratusan juta per bulan, dengan sebuah apartemen indah di Dharmawangsa Residence? Atau yang muncul adalah gambaran Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30 juta perbulan, dengan sebuah CRV dan Ferrari nongkrong di garasi rumah? Atau yang justru tergambar di layar adalah gambaran Anda sebagai seorang guru mengaji di sebuah surau kecil di kampung halaman Anda, nun jauh disana, di sebuah kampung dimana segenap ambisi materi dan duniawi menjadi lenyap, karena disitu yang ada hanyalah “keheningan, kedamaian dan kebersahajaan”? Ya, Hidup adalah Pilihan Kita masing-masing.

Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu tentang apa yang dalam imajinasi kita masing-masing tentang masa depan yang ingin kita ukir. Namun apapun pilihan hidup Kita saat ini dan masa mendatang, barangkali tetap tersisa satu hal yang layak dicatat : pilihan itu sebaiknyalah didasari oleh passion Kita. Ya, passion. Atau gairah yang membuncah. Sebuah rajutan tekad yang menghujam di hati.

Life is too short my friends, and you know what, setelah itu kita semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa adalah sejumput kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya melakoni pekerjaan yang full of bullshit. Dan bukan menekuni pekerjaan yang menjadi passion kita, tempat dimana kita bisa mereguk secangkir kebahagiaan sejati….Tempat dimana kita selalu tak sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari selalu dihiasi oleh “the beauty of meaningful work and life”. Jadi adakah hidup dan pekerjaan yang Kita lakoni sekarang sudah benar-benar menjadi passion Anda? Hanya hati kecil kita dan Tuhan yang Maha Pencipta yang tau jawabnya.

Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci yang juga layak di-stabilo : persistensi dan determinasi. Kalaulah Kita sudah menemukan tujuan hidup dan pekerjaan yang menjadi passion Kita, maka kejarlah impian dengan persisten : dengan kegigihan, dengan keuletan dan dengan ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Bukan itu. Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit. Berhenti dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan gigih. Semoga Kita bukan termasuk orang-orang yang seperti itu.

Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun bukan berarti ini mesti membuat kita berhenti dan menyerah kalah. Orang bijak belajar dari kesalahan dan kegagalan yang mereka lakukan, dan kemudian berproses untuk kembali menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab mereka percaya pada akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-pelan bisa dinyalakan. Mereka terus berjuang dengan persisten. Dengan penuh passion. “And we’ll keep on fighting till the end……”, begitu paman Freddy “Queen” Mercury pernah berdendang.

Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir yang juga harus dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau komitmen yang menggumpal. Atau dedikasi yang terus mengalir. Atau selalu fokus pada satu tujuan akhir yang jelas. Orang yang punya determinasi selalu percaya bahwa they create their own destiny (tentu dengan restu dari Yang Diatas). Mereka selalu percaya bahwa merekalah yang paling bertanggungjawab untuk merajut masa depan dan nasib hidup mereka sendiri. Bukan orang lain.

Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah mau menyalahkan orang atau pihak lain manakala dihadang oleh segumpal tantangan hidup. Mereka lebih suka selalu menelisik akar masalah dan lalu mencoba mengukir solusi untuk menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga enggan mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem kehidupan dan beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab mereka percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para pecundang. Dan sungguh, mereka tak pernah mau disebut sebagai para pecundang.

Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan determinasi – yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh kesungguhan kala kita ingin merengkuh jejak kebahagiaan dalam sejarah hidup kita yang amat pendek ini. Yang pertama, temukan passion, kegairahan sejati dalam jejak hidup yang ingin Anda tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan penuh persistensi. Dengan spirit kegigihan yang terus berpendar. Kemudian jalani itu semua dengan nyala determinasi yang menggumpal.

Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh kebahagian hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam, doa dan peluk hangat dari saya untuk keberhasilan Kita semua. Salam Optimis Selalu !!!

(Tulisan ini di inspirasi dari www.strategimanajemen.net)

Nggak Mau Antri ? Apa Kata Dunia ?

Antri ? mendengar kata antri tentunya tak asing lagi di telinga kita, karena antri memang sudah biasa kita hadapi sehari-hari. Antri beli bensin, antri macet, antri naik lift, antri ketika di toilet, dsb. Rasanya aktivitas kita sehari-hari tak bisa dipisahkan dari antri. Nah yang menjadi pertanyaan apakah kita termasuk orang-orang yang mau antri?

Pada dasarnya antri bisa dikatakan ”sabar menunggu giliran”, memang hal ini bisa menjadi suatu hal yang menjemukkan ataupun menyenangkan. Menjemukkan karena kita memang tidak terbiasa antri/ tidak mau antri, atau kita memang sibuk/sok sibuk. Namun kondisi ini bisa menjadi hal yang menyenangkan bagi orang-orang yang memang bisa ”menikmatinya”. Disitulah tantangannya. Seperti orang memancing, yang sabar menunggu ikannya dan strikeeee…seperti di Mancing Mania, hahaha 🙂

Dan dari situasi antri inilah, bisa dijadikan ajang mencari rezeki bagi orang-orang yang mampu memanfaatkan celahnya, contohnya : calo STNK di samsat, pungli oleh oknum tertentu untuk mempercepat pelayanan publik, dan masih banyak lagi.

Melihat orang tidak mau antri, saya pun menjadi geregetan. Hal itu saya jumpai ketika mengurus surat pengantar di perusahaan pembiayaan untuk keperluan BPKB. Saya mewakili Bapak. Saya memang telat datang, jam 9 saya baru sampai di kantor dan sudah penuh sesak. Akhirnya tak ada pilihan lain kecuali antri dan menunggu panggilan. Sampai sekitar jam 11.30 saya masih belum dipanggil. Harus Sabar Kawan 🙂

Setelah itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki bersama dengan istrinya datang (yang saya tahu dari satpam, dia bukan nasabah), cuma ingin menawar mobil salah seorang nasabah yang kreditnya macet. Secara sistem, orang yang datang harus mengambil nomor dan menunggu (seperti di Bank), namun dia tidak mau dengan alasan tidak biasa dan tidak mau mengantri 😦

Oalah, dasar orang kaya tapi sok sibuk !!!”, kata satpam disitu dengan dongkolnya.

Menurut saya antri sangat erat korelasinya dengan disiplin. Kalo kita gak mau antri, ya jangan telat. Harus bangun pagi, siap-siap dan berangkat pagi lebih pagi. Bisa to ? ya pasti bisa, kalau tidak bisa dan tidak biasa, ya kudu siap dengan konsekuensinya.

Nah budaya antri inilah yang menurut saya masih belum sepenuhnya membudaya di negeri kita. Orang masih lebih main serobot, suka membayar ”lebih” agar bisa didahulukan, dan oknum juga menyanggupi. Ya sudah suka sama suka jadinya, yang penting kepentingannya sendiri bisa lebih cepat selesai. Nah apakah ini contoh yang baik di masyarakat ?

Padahal dari hal kecil seperti antri kita bisa berlatih sabar, menahan emosi, dan berpikir positif. Disela-sela antri kita bisa membaca, mengobrol dengan orang di sekeliling kita, sampai menawarkan produk. Manfaatnya pasti jauh lebih besar. Jangan sampai orang negatif thinking ke kita gara-gara tidak mau antri. Semoga budaya antri bisa menjadi kebiasaan kita semua. Pasti Bisa. Gak mau Antri, Apa Kata Dunia ?

So, tunggu apa lagi….antri dulu yuk. Semoga bermanfaat dan Salam Sukses Selalu 🙂

Nikmatnya Bersyukur

BERSYUKUR….ALHAMDULILLAH HIRRABBIL ALAMIN

SEBUAH KATA YANG ENAK DIDENGAR NAMUN SERING LUPA KITA UCAPKAN

BERSYUKUR….ALHAMDULILLAH HIRRABBIL ALAMIN

UNGKAPAN HATI KEBESARAN ILLAHI ATAS SEGALA KEBESARAN-NYA YANG LUAR BIASA

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN RAHMAT, NIKMAT , REZEKI DAN KARUNIA-MU

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS SEGALA KESEHATAN JASMANI DAN ROHANI YANG DIBERIKAN

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN KEMUDAHAN, KEKUATAN, DAN KESEMPATAN TAK TERKIRA

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN ILMU YANG BERMANFAAT

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN KELUARGA YANG SABAR, HEBAT DAN SANGAT MENYAYANGIKU

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN TEMAN, SAHABAT DAN PENDAMPING YANG LUAR BIASA MENDORONGKU

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN AMANAH PEKERJAAN DAN WIRAUSAHA YANG DIBERIKAN

TERIMA KASIH DAN SYUKUR ALHAMDULLILLAH YA ALLAH

ATAS LIMPAHAN UMUR PANJANG, UDARA SEGAR YANG KUHIRUP SAMPAI USIA SAAT INI

TAK TERHITUNG BANYAKNYA APA YANG SUDAH KAU BERIKAN KEPADA HAMBA-MU YANG LEMAH INI YA ALLAH…. SEMOGA HAMBA-MU YANG LEMAH INI DAPAT SENANTIASA BERSYUKUR, SELALU INGAT KEPADA-MU, BERUSAHA MENiNGKATKAN KUALITAS DIRI DAN KUALITAS IBADAH UNTUK SENANTIASA BERADA DI JALAN-MU YA ALLAH…

JAGALAH HATI KAMI YA ALLAH……….SEMOGA KAMI SELALU BISA MENURUTI APA KATA HATI KECIL, HATI NURANI INI. SEMOGA ENGKAU SELALU MERIDHOI LANGKAH HAMBA-MU YANG KECIL, YANG LEMAH INI YA ALLAH

BERIKAN HAMBA-MU YANG LEMAH INI KEKUATAN DAN KESEMPATAN UNTUK MEMBERIKAN BANYAK MANFAAT KEPADA ORANG LAIN SEBAGAI BEKAL IBADAH DUNIA AKHERAT.

KESEMPATAN UNTUK MELIHAT HARI ESOK DAN SURGA-MU NANTI, AMIN.

TERIMA KASIH YA ALLAH, SYUKUR ALHAMDULILLAH…. ALHAMDULILLAH HIRRABBIL ALAMIN

Keramahan Si Bapak Parkir

Persaingan mencari kerja di zaman sekarang sangatlah keras, tak ayal orang pun mengejar sekolah dan gelar setinggi-tingginya dengan maksud agar memperoleh pekerjaan dengan mudah di kemudian hari. Apabila kita dari lingkungan keluarga yang berkecukupan, tentu tak sulit bagi kita untuk bersekolah sampai perguruan tinggi, bahkan lebih tinggi lagi. Namun, bagaimana dengan nasib saudara-saudara kita yang kurang beruntung dan tidak berkecukupan ? mereka pun sama dengan kita, mereka berjuang dan bekerja keras setiap harinya untuk bertahan hidup.

Namun apakah kita melakukan pekerjaan atau aktivitas sehari-hari hanya untuk bertahan hidup ? hanya sekedar melakukan rutinitas sehari-hari tanpa adanya “nilai tambah” ? banyak saya temui orang-orang seperti itu. Guru atau dosen yang hanya “sekedar” mengajar, pegawai kantor yang sering menggerutu, sopir angkot yang “cuma” mencari uang, dan masih banyak lagi. Padahal, sayang sekali kalau hidup ini kita jalani tanpa memberikan nilai tambah pada diri kita dan orang lain.

Pengalaman itulah yang saya liat dari seorang Tukang Parkir, yang pernah saya temui jauh-jauh hari yang lalu. Orang-orang yang berprofesi sebagai tukang parkir sering kita temui sehari-hari. Mereka bekerja dari pagi sampai sore, bahkan malam. Tanpa lelah mereka melawan terik matahari dan juga hujan. Penghasilan mereka pun tergolong minim. Apakah mereka bekerja dengan membawa nilai tambah ? Seringkali saya bertemu tukang parkir yang ”hanya” melaksanakan tugasnya yaitu sekedar menjaga kendaraan. Setelah mendapat uang, mereka ”sengaja lupa” tidak membantu kita untuk mengeluarkan kendaraan atau menyebrang jalan, malah langsung ngeloyor pergi. Tak ada nilai tambah. Wajah mereka masam, susah sekali tersenyum. Ketika mendapat uang parkir pun, tidak ada ucapan terima kasih. Tak ada rasa syukur di wajah mereka.

Jarang sekali kita bertemu tukang parkir yang ”do the best” dalam melaksanakan tugasnya. Namun tukang parkir yang satu ini membuat saya kagum. Kali itu saya mendapatkan pembelajaran dari keramahan si tukang parkir. Usianya paruh baya, namun energinya seperti anak muda. Wajahnya ceria, penuh dengan senyuman. Dia memberikan ”service” jasa dengan baik. Sampai sekarang saya masih ingat ketika dia mengucapkan ”mau ke arah mana mas ? ketika membantu saya mengeluarkan kendaraan. Tak hanya itu setelah saya memberi uang dia berkata : terima kasih mas, hati-hati di jalan”, wah sungguh mulia sekali hati tukang parkir ini, gumam saya dalam hati.

Walaupun berprofesi sebagai tukang parkir, dia bangga dengan profesinya. Orientasinya tidak seperi perusahaan yang cuma mengejar uang, namun bisa memberi manfaat pada orang lain. Mungkin sepele, namun menurut saya dia bisa memberikan nilai tambah pada orang lain. Sebuah nilai tambah yang membedakannya dari yang lain, sebuah nilai tambah yang membuatnya selalu bersyukur dan membuat hidup ini lebih bermakna. Sungguh Luar Biasa. Dari pengalaman tersebut, saya belajar bagaimana kita bisa memberikan nilai tambah pada setiap aktivitas kita sehari-hari. Semoga Bermanfaat dan Salam Sukses 🙂